Kamis, 24 November 2016

Kitab NAHUM

Kitab Nahum merupakan salah salah satu kitab di dalam Alkitab dan juga merupakan satu dari "12 kitab nabi-nabi kecil" dalam Perjanjian Lama dan Alkitab Ibrani.[1][2]Kitab ini terdiri dari tiga (3) pasal dan empat puluh tujuh (47) ayat.[3]Sejumlah ahli menganggap kitab ini pertama-tama disusun sebagai liturgi Tahun Baru untuk perayaan musim gugur pada tahun 612 sM, sesaat setelah jatuhnya Niniwe.[4] Kitab ini juga dapat diumpamakan sebagai nyanyian lagu pembebasan.[5]

Nabi Nahum adalah nabi abad pada ke-7, kira-kira 675-597 SM.[4] Tidak banyak latar belakang pribadi Nahum yang dapat diketahui, termasuk kampung halamannya.[4] Nama Nahum muncul hanya satu kali dalam Perjanjian Lama (dalam judul pembuka kitab ini) dan sekali dalam Perjanjian Baru (Lukas 3:25).[3] Kota Elkosh (atau Elkosy), yang disebut di awal kitab ini (Nahum 1:1), tidak dapat dipastikan identitas letaknya.[6] Sebuah tradisi yang berasal dari abad ke-16 M, menempatkan Elkosy 50 mil di sebelah utara kota modern Mosul, yang terletak dekat reruntuhan kota Niniwe, pada sebuah kota yang sekarang disebut sebagai Al-qust.[6] Dari segi lain, Jerome mengidentikkan Elkosy dengan kota El-kanzeh, yang terletak di Galilea.[6]Tradisi lain menghubungkannya dengan Kapernaum (asal kata: Kfar Nahumatau "Kampung Nahum") di Galilea.[6] Penulis-penulis pada zaman Bapa-bapa Gereja menempatkan Elkosy di sebelah selatan Yudea.[6] Tradisi pseudo-Epiphani mengusulkan daerah Elkosy sekarang ini terletak di kota Beit Librin.[6] Ada yang mengatakan bahwa Elkosy merupakan kampung halaman Nahum.[4][7][8] Atas dasar inilah, sulit untuk menarik kesimpulan mengenai Nabi Nahum, termasuk asal-usulnya.[4][6] Nama "Nahum" sendiri berarti "penghiburan" atau "berbelas kasihan"/mengasihi" (Yes 57:18).[6]

Kitab Nahum ditulis untuk memperingati jatuhnya kota Niniweibu kota bangsa Asiria (2 Raja-raja 19:36Yunus 1:2Yunus 3:1).[6][9] Nabi Nahum bernubuatterhadap Asyur antara tahun 663, ketika tentara Asyurbanipalmengalahkan tentara Mesir dan menjatuhkan ibu kotanya serta tahun 612, ketika Niniwe direbut orang Babel.[10]Ada kemungkinan Nahum berkarya di tengah-tengah bangsa Israel, ketika Asyur masih di puncak kekuasaan. Asyur memerintah dengan keras dan kejam melalui serangkaian tindakan dan peraturan yang ketat.[10] Hal ini nyata dengan tindakan Asyur yang memindahkan penduduk-penduduk jajahan mereka dari negeri asal mereka ke negeri yang jauh (kebanyakan diantaranya mati di tengah jalan), memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak, menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian [4][5] Ini terlihat jelas dalam penggambaran kerajaan Asyur yang negatif di kitab ini: digambarkan bersikap seperti seekor singa betina yang menerkam rezeki rakyat sebagai mangsa untuk anak-anaknya (2:12); pedagangnya seperti belalang pelompat banyaknya (3:16) yang memakan habis keperluan orang yang dijajah; para penjaganya seperti belalang pindahan dan para pegawainya seperti kawanan belalang yang hinggap pada tembok-tembok pada waktu dingin (3:17) yang menindas rakyat; Niniwe merupakan kota penumpah darah yang selalu merampas dan tiada henti menerkam (3:1); Niniwe seperti perempuan sundal yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir (3:4).[10] Dalam kondisi yang demikian, Nahum tampil, bernubuat, dan memberitahukan tentang Allah serta mengajar orang-orang Yehuda untuk menanti-nantikan Tuhan, sekalipun masyarakat berada di dalam situasi yang suram.[10]
Secara sederhana, kitab ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian tema besar yakni:[6][10]
Versi lain menggambarkan struktur kitab ini sebagai berikut:[12]
  • Nahum 1:2-14 Pemberitahuan umum akan penghukuman Niniwe. Nubuat yang tegas dari Allah melalui Nahum untuk melawan dan menghukum Niniwe memastikan kedaulatan Allah. Niniwe akan mengalami keganasan murka Allah sehingga penindasan terhadap kota itu akan dirasakan dengan segera.
  • Nahum 2:1-14 Gambaran penghakiman Allah atas Niniwe. Penghakiman Allah ini digambarkan dengan realitas luka dan darah yang jauh lebih buruk dari rasa sakit, panik, atau malapetaka yang disebabkan oleh gerombolan perampok bersenjata. Murka atau amarah digambarkan dengan hebat.
  • Nahum 3:1-19 Kepastian penghakiman atau penghukuman Niniwe. Dengan sebuah pertanyaan retoris (bandingkan Nahum 3:7), Nahum menegaskan akan kepastian datangnya penghukuman Allah. Kepastian akan penghukuman Allah ini disebabkan oleh dosa mereka dan sebuah seruan kejatuhan dan kelemahan Niniwe.

SUMBER: WIKIPEDIA.ORG
Referensi:
  1. ^ (Indonesia) H. Boschma. 1986. Ringkasan Pengajaran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9.
  2. ^ (Indonesia) David L. Baker. 1986. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 21
  3. ^ a b c (Inggris) Ralph. L. Smith. 1984. World Biblical Commentary: Micah-Maleachi. Texas: Word Books Publisher. Hlm. 63, 65, 68-69
  4. ^ a b c d e f (Indonesia) W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. 2007. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 363, 364, 368, 191.
  5. ^ a b (Indonesia) Dianne Bergant, Robert J. Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 686.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q (Indonesia) J. Veitch. 1977. Tafsiran Nahum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9, 10, 15 Kesalahan pengutipan: Invalid <ref> tag; name "Veitch" defined multiple times with different content
  7. ^ (Inggris) John D.W. Watts. 1975. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, Nahum, Habakuk, and Zephaniah. London: Cambridge University Press. Hlm. 101
  8. ^ (Indonesia) F.L. Bakker. 1983. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1/2 Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 246.
  9. ^ (Indonesia) H.H. Rowley. 1991. Atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 37
  10. ^ a b c d e (Indonesia) Dr. C. Barth. 1989. Theologia Perjanjian Lama 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 65, 66.
  11. ^ Transkrip Naskah Laut Mati
  12. ^ (Inggris) O. Palmer Robertson. 1990. The New International Commentary on the Old Testament: The Books of Nahum, Habakuk, and Zephaniah. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company. Hlm. 57, 80, 99

SUPERBOOK ASM

gmim.or.id –  Jumat  (18/11/2016) pukul 11.00 s/d 14.00 Wita bertempat di Aula Lantai 3 Kantor Sinode GMIM Sosialisasi Superbook Edisi Natal berlangsung sukses, dimana sosialisasi ini diawali dengan ibadah pembukaan, dipimpin Sekretaris Departemen Kemitraan dan Dialog Pdt. Melky Tamaka, STh.
Project Manajer Cahaya Bagi Negeri (CBN) Indonesia Yoseph K. Tandian dalam sosialisasi mengatakan, media sosial sudah memasuki arus media augment reality dan virtual reality. Dikuatirkan, akan didominasi situs-situs porno yang bukan tidak mungkin diakses anak-anak. “Superbook menjadi solusi untuk menangkal arus dominasi augment reality dan virtual reality yang berkembang pesat saat ini. Ini adalah bagian dari apa yang disebut Tsunami Digital.  Saat ini, Gereja perlu membuat sesuatu yang strategis untuk 5 hingga 10 tahun kedepan,” ungkap Tandian.
Ditambahkannya, Superbook hadir di GMIM sebagai persembahan dari Christian Broadcasting International (CBN). Di Indonesia CBN dinamakan Cahaya Bagi Negeri. “Kurikulum Superbook  kami tidak jual belikan. Tapi kami sediakan bagi Gereja yang mau menggunakannya, tanpa biaya apapun. “Ada sponsor,” ujarnya singkat ketika ditanya soal pembiayaan Kurikulum Superbook.
Mewakili KPA Sinode GMIM, Wakil Asisten Bendahara Pnt. Johny Suatan mengingatkan, Kurikulum Superbook ibarat “suplemen tambahan” dalam pelayanan. “Makanan pokoknya adalah Bina Anak yang terbit dua kali dalam setiap satu tahun pelayanan. Maksudnya, Bina Anak dipergunakan dalam ibadah sekolah minggu. Superbook digunakan di ibadah pondok gembira atau ibadah-ibadah lainnya sebagaimana yang kita ketahui selama ini,” ungkap Ketua KPA Wilayah Tondano Dua ini.
(Penulis dan Foto: Frangki Noldy Lontaan. Editor: Pdt. Janny Ch. Rende, M.Th)

OTORITAS FIRMAN DALAM PERSEKUTUAN --- MTPJ 20-26 NOV 2016

TEMA BULANAN: “Gereja yang Dibaharui Harus Terus Menerus Membaharui Diri”
TEMA MINGGUAN :“Otoritas Firman Dalam Persekutuan”
Bahan Alkitab : Nahum 1 : 9 – 15
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja dipanggil Allah untuk memberitakan firman-Nya Firman Allah adalah kuasa Allah yang mentransformasikan. Melalui Firman umat dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan bertumbuh dalam karakter Kristus. Melalui Firman umat Allah diubahkan, dan umat yang diubahkan itu menjadi agen peru-bahan terhadap dunia sekitar di mana dia berada. Ketika ditanya tentang keberhasilannya sebagai reformator, Martin Luther berkata, “saya hanya mengajarkan, menyampaikan, me-nuliskan Firman Allah. Saya tidak melakukan apa-apa, Firman yang melakukan segalanya.” Dengan demikian Firman Allah harus senantiasa menjadi sentral, pusat dalam persekutuan orang per-caya, supaya setiap orang percaya hidup di bawah otoritas Firman Allah.
       Apabila setiap orang percaya hidup di bawah otoritas firman, dan menstandarkan setiap pikiran, perkataan dan perbuatannya pada firman Allah, hidup mereka pasti membawa dampak yang baik di tengah masyarakat yang makin rusak oleh dosa. Dengan kata lain melalui hidup yang berstandarkan firman Allah, orang percaya menjadi saksi yang mencerminkan Kristus kepada dunia di sekitarnya.
       Namun, kenyataannya ada begitu banyak orang percaya yang masih hidup di dalam dosa. Itu menandakan bahwa sekalipun Firman Allah diberitakan oleh gereja, tapi tidak semua orang yang menerimanya untuk dijadikan pedoman hidup dan perilaku. Maka sudah seharusnya gereja memberitakan dan mengajarkan firman Allah secara lebih jelas, tegas dan intens, untuk membentuk persekutuan jemaatnya hidup di bawah oto-ritas firman. Karena itulah maka pemberitaan firman Tuhan di minggu ini diberi tema “Otoritas Firman Dalam Perse-kutuan”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nabi Nahum bernubuat di Yehuda pada abad ke-7 Sebelum Masehi, satu abad sesudah nabi Yunus tampil. Pene-kanan beritanya adalah bahwa hari Tuhan akan datang atas Asyur, karena pemerintahannya yang penuh dengan kejahatan, yang menindas.
Teks bacaan Nahum 1:9-15 berisi nubuat tentang kehancuran kota Niniwe. Kota Niniwe adalah ibu kota kerajaan Asyur. Maka kehancuran Niniwe adalah juga kehancuran Asyur. Pada saat itu bangsa Yehuda sedang mengalami kemelut oleh penindasan bangsa Asyur. Di awal abad ke-7 SM kerajaan Asyur tampil sebagai kerajaan adidaya. Namun kekuatan mereka dipakai untuk menindas bangsa-bangsa lain. semua kerajaan yang ada di tanah Palestina saat itu dijajah oleh Asyur, tak terkecuali kerajaan Yehuda. Pada tahun 722 SM Kota Samaria yang menjadi ibukota kerajaan Israel Utara diserang dan diluluhlantakkan oleh Asyur, dan penduduknya dibuang ke berbagai kota di Asyur. Terdengar kabar bahwa penduduk Samaria yang dibuang ke kota-kota Asyur hidup dalam penderitaan yang luar biasa akibat kekejaman dan kebiadaban orang Asyur. Semua bangsa di Timur Tengah saat itu, tak terkecuali kerajaan Yehuda, pun ditindas oleh Asyur. Sebagai bangsa yang terjajah, mereka harus membayar upeti kepada Asyur. Akibatnya pajak yang tinggi dipungut dari rakyat Yehuda, yang mengakibatkan mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang memperhatinkan. Beban yang mereka pikul sangat berat, ditambah lagi dengan ancaman-ancaman pembinasaan yang disertai dengan tindakan-tindakan kejam yang begitu sering dilontarkan dan dilakukan pihak Asyur jika rakyat Yehuda tidak melunasi upeti yang telah ditetapkan.
Di tengah-tengah situasi seperti inilah, Nahum tampil de-ngan nubuatan penghukuman Ilahi atas Asyur. Bahwa hukuman Tuhan atas Niniwe akan dinyatakan dengan tidak tanggung-tanggung, mereka akan habis tak bersisa (ayat 9-10). Sekuat apapun mereka, Tuhan akan binasakan (ayat 12a). Bahwa umat Yehuda akan dilepaskan dari gandar (beban pikulan) dan belenggu penindasan Niniwe, sehingga umat Yehuda tidak direndahkan lagi oleh mereka (ayat 12b-13). Tuhan menetapkan bahwa “Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu” (ayat 14b). Artinya, sekali mereka hancur, tak akan pernah bangkit lagi. “Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung pahatan dan patung tuangan” (ayat 14c). Stigma saat itu ialah ketika suatu bangsa kalah dalam peperangan, maka allah yang mereka percayai pun kalah terhadap allah dari bangsa yang menang. Dalam hal ini Tuhan yang berperang melawan Niniwe/Asyur, dan Tuhan berfirman bahwa segala berhala mereka akan dile-nyapkan, maka itu menunjukkan bahwa Tuhanlah yang tampil sebagai pemenang. Tuhanlah Allah yang perkasa. Kemudian frase “kuburmu akan Kusediakan, sebab engkau hina” (ayat 14d) kembali menunjuk pada kebinasaan Asyur yang telah dekat karena mereka hina dengan segala kejahatan mereka. Kemudian ayat 15 adalah nubuat untuk umat Yehuda, bahwa kehancuran Niniwe merupakan kabar baik, kabar sukacita bagi Yehuda, sebab dengan kehancuran itu, mereka tidak akan menindas dan menggerogoti Yehuda lagi.
Para nabi, termasuk Nahum, dipanggil untuk menunjuk-kan keajaiban kuasa Tuhan. Bila pada zaman Musa, keajaiban kuasa Tuhan itu dinyatakan melalui tanda-tanda ajaib sehingga setiap hari, bahkan umat melihat langsung keajaiban kuasa Tuhan, tiang awan di siang hari, tiang api di malam hari, roti manna di pagi hari, burung puyuh di sore hari. Namun, semua keajaiban kuasa Tuhan itu ditanggapi dengan pemberontakan dan kekerasan hati umat Israel yang tidak mau menaati Allah. Kini, melalui para nabi, Allah menunjukkan keajaiban kuasa-Nya melalui kata-kata, melalui Firman-Nya. Allah menyatakan hati-Nya, perasaan-Nya, kehendak-Nya kepada umat pilihan-Nya dan kepada bangsa-bangsa lain, melalui kata-kata, yaitu Firman-Nya yang disampaikan oleh para nabi.
Melalui nabi Nahum, Allah menyatakan murkanya kepada Asyur, tetapi menyatakan kasih-Nya kepada umat Yehuda. Dengan kata-kata nubuatan Firman, sang nabi menyampaikan emosi yang dirasakan Allah, supaya umat sadar, bahwa bila Allah murka itu artinya umat harus segera bertobat dan kembali ke jalan-Nya, tetapi bila Allah mengasihi, itu berarti layak bagi umat untuk tetap hidup menurut firman-Nya.
Ajakan sang nabi kepada umat Yehuda untuk melihat hadirnya pemberita Firman, dan karena itu juga menyambut Firman yang dinyatakan, sesungguhnya membangkitkan pengha-rapan umat yang hidup di tengah derita ketertindasan. Ajakan sang nabi tersebut menunjukkan bahwa di tengah himpitan dan sengsara, pertolongan selalu datang dari Tuhan, melalui Firman-Nya yang memulihkan. Ajakan sang nabi untuk melihat datangnya sang pembawa berita, adalah ajakan untuk menaruh percaya pada otoritas Firman Allah, dan membangun harapan, membangun hidup berdasarkan otoritas Firman.
Sejarah mencatat, pada tahun 612 SM, Kerajaan Asyur dikalahkan dan dihancurkan oleh Kerajaan Babilonia. Nubuat Firman yang disampaikan Nahum tergenapi, otoritas Firman Allah terbukti.
Makna dan Implikasi Firman
  • Umat Allah dipanggil hidup di bawah otoritas Firman. Di masa Perjanjian Lama Allah berfirman melalui para nabi. Di masa Perjanjian Baru Yesus dan para rasul mempercayai Perjanjian Lama sebagai Firman Allah dan meyakini akan otoritas Ilahi di dalamnya. Setelah Yesus naik ke sorga, ajaran dan teladan hidup-Nya menjadi patokan iman di samping tulisan Perjanjian Lama. Setelah sejumlah kitab ditetapkan sebagai Kanon (ukuran, patokan) dalam sidang sinode di Jamnia pada tahun 70 (penetapan Kanon PL) dan Konsili Kartago tahun 419 (penetapan Kanon PB), gereja mandasari ajaran dan pemberitaan Firman dari Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu. Agustinus mengatakan, “apa yang ditulis oleh para rasul harus diterima seakan-akan Kristus sendirilah yang telah menulisnya.” Karena itulah para reformator menegaskan prinsip “Sola Scriptura”, yaitu hanya Alkitab-lah Firman Allah, dan hanya oleh Firman Allah manusia boleh mengenal Allah dan beriman kepada-Nya, dan hanya oleh iman (Sola Fide) manusia boleh menerima anugerah keselamatan (Sola Gratia).
  • Karena hanya Alkitab-lah Firman Allah yang otentik, maka gereja membangun ajarannya berdasarkan Alkitab. Segala ajaran yang tidak dibangun berdasarkan Alkiab dan apalagi bertentangan dengan Alkitab tidak dapat kita terima.
  • Karena Alkitab adalah Firman Allah maka kita memposisikan hidup kita di bawah otoritas Alkitab, dan itu berarti ketaatan. Dengan menaati Firman Allah sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab maka karakter kita dan prilaku kita dibentuk. Jika kita rajin membaca Alkitab dan merenungkannya, rajin mendengarkan pemberitaan Firman, rajin mengikuti Pene-laahan Alkitab dan menaatinya pasti hidup kita, di mana karakter dan perilaku kita makin hari makin dibentuk menjadi seperti Kristus. Mengapa? Karena Alkitab bersifat Kristosentris. Dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu semuanya berpusat pada Kristus. Demikian juga dalam teks bacaan kita yang menubuatkan penghukuman terhadap Asyur dan kelepasan bagi Yehuda, sesungguhnya bermakna berita penghukuman bagi setiap orang yang terus hidup berkanjang dalam dosa dan berita kelepasan dari dosa dan kuasa Iblis melalui karya Kristus bagi orang yang percaya dan hidup dalam Kristus.
  • Di GMIM akhir-akhir ini nampaknya makin banyak pendoa (orang yang merasa dan dianggap memiliki karunia berdoa). Banyak orang yang datang kepada pendoa dalam rangka mencari tahu kehendak Tuhan dan atau memohon perto-longan Tuhan sehubungan dengan masalah yang dialami. Bahwa karunia berdoa itu ada, demikian juga dengan karunia penyataan, karunia bernubuat, menyembukan dan mengusir setan. Namun, Iblis bisa memalsukan karunia. Bahkan Iblis bisa menyamar seperti malaikat terang (II Korintus 11:14). Karena itu setiap penyataan, nubuat, mujizat atau apapun itu harus diuji dengan Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Apakah penyataan nubuat, mujizat dan lain-lain itu cocok/sesuai dengan Firman Tuhan? Contohnya, ada seorang pendoa yang mengatakan, “penyakit ibu disebabkan oleh roh jahat, yaitu ibu disantet oleh si ibu A.” Penyataan pendoa tersebut mengakibatkan perkelahian bahkan pertumpahan darah. Apakah penyataan yang berimplikasi pada pertum-pahan darah tersebut benar berasal dari Tuhan? Bukankah Firman Tuhan mengatakan bahwa peperangan kita bukan melawan darah dan daging melainkan melawan roh-roh jahat di udara? Dan bukankah Yesus tidak mengajarkan cara berdoa seperti yang dilakukan pendoa itu? Di sini kita dapat melihat signifikansi Firman dalam menguji setiap roh.
  • Yesus pernah menyimpulkan bahwa seluruh perintah Firman dalam Kitab Suci tersimpul dalam dua perintah, yaitu menga-sihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi, dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Dengan demikian orang yang hidup di bawah otoritas Firman adalah orang yang sungguh-sungguh hidup bagi Allah dan sungguh-sungguh hidup bagi sesama.
  • Kita bisa membayangkan bagaimana jadinya persekutuan jemaat Kristen bila setiap orang di dalamnya mau memposisi-kan diri di bawah otoritas Firman, dan bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Pasti akan menghasilkan sebuah persekutuan yang beribadah bersama, belajar Firman bersama, dengan penuh kasih persaudaraan, yang akrab, saling peduli, saling melengkapi, saling tolong menolong. Persekutuan yang sangat menyenangkan. Dalam persekutuan seperti itu, selalu ada kesadaran terhadap pelang-garan, maaf terhadap kesalahan, budaya gosip makin meng-hilang ganti budaya dialog rohani yang saling menguatkan, iri hati akan makin menjauh berganti ketulusan, egoisme sema-kin memudar berganti kepedulian. Sungguh sebuah perseku-tuan yang menyenangkan.
  • Setiap persekutuan pasti memiliki pemimpinnya. Pemimpin itu membentuk jemaat yang dilayaninya. Pemimpin yang hidup di bawah otoritas Firman pasti akan membentuk jemaat yang hidup di bawah otoritas Firman. Maka jadilah pemim-pin-pemimpin yang hidup di bawah otoritas Firman.
  • Karena Firman Tuhan memiliki otoritas untuk membentuk karakter dan prilaku, maka setiap pemberita Firman harus mempesiapkan Firman Tuhan sebaik mungkin dalam tun-tunan kuasa Roh Kudus, supaya benar-benar Firman Tuhan yang disampaikan memiliki otoritas yang membentuk dan mengubah karakter dan pe Sebab, pemberitaan Firman yang tidak dipersiapkan secara sungguh-sungguh dalam tuntunan Roh Kudus, yang dipersiapkan asal-asalan, buru-buru, tidak akan memiliki otoritas yang membentuk dan mengubahkan karakter dan perilaku itu.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:       
  1. Bagaimanakah persekutuan yang  hidup  di  bawah  otoritas Firman ?
  2. Pada ayat 15 pembacaan kita dikatakan “Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita.” Itulah utusan Allah yang memberitakan Firman untuk membangkitkan pengharapan dan menguatkan iman umat Yehuda yang hidup dalam keresahan. Dengan Firman itu tentu diharapkan terjadi transformasi bagi umat, dari resah menjadi gembira, dari ketiadaan daya dan semangat menjadi percaya dan berharap pada Tuhan. Bagaimana dengan pemberitaan Firman yang saudara lakukan? Apakah dengan pemberitaan itu saudara menyaksikan jemaat yang saudara layani mengalami transformasi? Berikan kesaksian saudara. 

Diresmikan Arina, Alfa Omega Baru Rinegetan Jadi Jemaat GMIM Ke 1038

Tondano - Badan Pekerja Sinode GMIM melalui Surat Keputusan Nomor 237 tahun 2021 kembali lagi melahirkan jemaat baru melalui mekanisme pemek...